Cerita dalam Blog ini adalah lanjutan dari Blog sebelumnya: Menyusuri Sudut Unik Chongqing: Kota Terluas di Daratan China
• • •
Rabu, 30 Oktober 2024, sekitar pukul 15.00 CST (China Standard Time), kami akhirnya tiba di kota Zhangjiajie, setelah menempuh perjalanan darat yang cukup panjang dari Morong Miao Village. Kota ini memang kecil jika dibandingkan dengan Chongqing, namun memiliki daya tarik alam yang luar biasa besar.
Agenda pertama kami di Zhangjiajie adalah mengeksplor Tianmen Mountain, gunung suci yang menjadi ikon kota ini. Untuk menuju puncaknya, kami menaiki cable car terpanjang di dunia, dengan panjang lintasan mencapai 7,5 kilometer dan durasi perjalanan sekitar 30 menit.
Sepanjang perjalanan di udara, kami terpesona melihat pemandangan lembah hijau, tebing-tebing tajam, serta jalur berkelok yang membelah pegunungan. Kenaikan cable car yang cukup curam menambah sensasi luar biasa.
Setibanya di atas gunung, kami langsung disambut dengan Skywalk — jalur kaca yang menempel di tebing curam, meski terasa ngeri saat melangkah, pemandangan yang kami dapatkan begitu menakjubkan.
Juga sebelumnya ada area hutan yang masih terasa keasriannya, walaupun menjadi tempat wisata, tapi saya sangat kagum bagaimana warga lokal menjaga pohon-pohon di jalur pendakian.
Setelah itu, kami melanjutkan penelusuran dengan menuruni jalur berupa tangga dan eskalator yang tertanam di dalam gunung. Suhu di dalam gua menurun drastis, sekitar 10°C menjelang malam hari.
Saat kami keluar dari eskalator, tibalah kami di Tianmen Cave, sebuah lengkungan batu raksasa alami di ketinggian 1.300 meter yang dikenal sebagai “Heaven’s Gate.” Dari tempat saya berdiri, terlihat jelas 999 anak tangga menjulang ke mulut gua — sebuah angka simbolik yang penuh makna dalam budaya China. Rasanya luar biasa bisa menyaksikan langsung formasi alam seagung ini.
Setelah puas menikmati pemandangan dan berfoto bersama, kami turun kembali ke kota menggunakan bus lokal dan cable car.
Sesampainya di bawah, kami langsung menuju restoran lokal yang menyajikan menu andalan: bebek barbeque khas Zhangjiajie. Rasanya gurih, smoky, dan sangat cocok dinikmati setelah seharian beraktivitas di udara pegunungan yang dingin.
Kamis, 31 Oktober 2024, pagi yang dingin menyambut kami saat keluar dari Hotel Bai Zhang Xia di Zhangjiajie. Suhu menunjukkan 7°C, cukup menusuk tulang, tapi juga menyegarkan. Setelah sarapan hangat, kami bersiap menjalani hari dengan mengunjungi dua toko wajib (mandatory shop) yang menjadi bagian dari dukungan terhadap UMKM lokal yang disupervisi oleh pemerintah China.
Meski tidak diperkenankan mengambil foto atau video di dalam, pengalaman melihat produk-produk khas seperti obat herbal dan perhiasan giok tetap menarik untuk diamati.
Menjelang siang, kami makan besar, namun saya pribadi lebih memilih menu simpel namun memuaskan — hidangan ikan kecil dan telur yang disajikan dengan cita rasa rumahan. Setelah makan, energi kami pun kembali terisi untuk menjelajah alam luar biasa di Zhangjiajie National Forest Park.
Begitu memasuki kawasan taman, pemandangan tebing-tebing karst yang menjulang tinggi langsung menyambut, seolah membawa kami masuk ke dunia fantasi.
Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki Bailong Elevator, lift outdoor tertinggi di dunia yang mencapai ketinggian 326 meter. Dalam hitungan menit, kami telah berada di atas gunung dan langsung melanjutkan eksplorasi ke kawasan Avatar Mountain, tempat yang menjadi inspirasi film Avatar karya James Cameron.
Formasi batu-batu vertikal yang berdiri sendiri tampak begitu megah dan unik — benar-benar seperti dunia lain. Sambil berjalan di jalur pendakian, saya sempat berhenti beberapa kali hanya untuk mengagumi keajaiban alam yang luar biasa ini.
Malam hari kedua di Zhangjiajie menjadi waktu yang santai namun berkesan. Seusai makan malam, kami berjalan-jalan ke night market yang lokasinya tidak jauh dari hotel, tepat di tengah kota Zhangjiajie. Suasana malam di sini hidup dan penuh warna.
Saya pun menyempatkan masuk ke salah satu toko teh khas Zhangjiajie, ditemani oleh local guide kami yang luar biasa ramah dan sangat membantu selama perjalanan. Dengan sabar, ia menjelaskan berbagai jenis teh yang ada, termasuk manfaat dan cara penyeduhannya.
Jumat, 01 November 2024, menjadi hari ketiga kami di Zhangjiajie, dan kali ini kami mengunjungi destinasi yang sangat dinantikan — Zhangjiajie Glass Bridge di kawasan Grand Canyon. Jembatan ini memang ikonik dan memecahkan rekor dunia sebagai jembatan kaca terpanjang dan tertinggi di dunia. Dengan panjang sekitar 430 meter, lebar 6 meter, dan melayang di ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan tanah, pengalaman berjalan di atasnya benar-benar menantang adrenalin.
Dari jembatan ini juga tersedia wahana bungee jump, salah satu yang tertinggi di dunia, namun perlu reservasi terlebih dulu minimal sehari sebelumnya. Sayang sekali saya belum sempat mencoba.
Sensasi saat melangkah di atas lantai kaca transparan terasa mendebarkan, apalagi saat melihat langsung jurang di bawah kaki. Jembatan ini bahkan sanggup menampung hingga 800 orang sekaligus, menunjukkan betapa kokoh dan canggihnya teknologi konstruksi yang digunakan.
Setelah menikmati makan siang di perjalanan, kami melanjutkan perjalanan darat menuju kota Changde, sebuah kota yang tenang namun menyimpan keunikan tersendiri. Changde dikenal dekat dengan Danau Liuye, dan suasana di sekitarnya terasa damai, berbeda dengan hiruk-pikuk kota besar lainnya. Meskipun kunjungan kami singkat, kami bisa merasakan atmosfer khas kota kecil di China yang bersih dan asri.
Keesokan harinya, Sabtu, 02 November 2024, pagi-pagi sekali sekitar pukul 07.00, kami check out dari Grand Rezen Hotel Changde. Perjalanan menuju Changsha Huanghua International Airport (CSX) memakan waktu sekitar 3,5 hingga 4 jam dengan bus, melintasi jalan tol yang cukup nyaman meski kami harus berangkat sebelum matahari benar-benar tinggi.
Sesampainya di airport, kami melanjutkan perjalanan dengan dua kali penerbangan. Penerbangan pertama dari Changsha ke Guangzhou memakan waktu sekitar 1 jam 40 menit.
Transit di Guangzhou berjalan lancar, dilanjutkan dengan penerbangan kedua dari Guangzhou ke Jakarta selama kurang lebih 5 jam 5 menit, dan kami semua sampai di Jakarta sekitar pukul 23.25 WIB dengan selamat.
Tour ke Zhangjiajie menjadi salah satu highlight terbaik dalam travel notes saya. Bagi saya yang sedari dulu menyukai pegunungan dan wisata ketinggian, destinasi seperti ini benar-benar memenuhi rasa kagum saya terhadap alam.
Mulai dari Tianmen Mountain, Bailong Elevator, Avatar Mountain, hingga jembatan kaca di Grand Canyon yang luar biasa—semuanya meninggalkan jejak kenangan yang tak terlupakan.
Zhangjiajie bukan hanya indah, tapi juga menyentuh sisi emosional saya yang selalu terpikat pada pemandangan dari ketinggian. Saya merasa sangat cocok dengan atmosfer seperti ini. Udara sejuk, alam hijau, dan pengalaman yang tidak biasa membuat perjalanan kali ini terasa istimewa.
Kalau ada kesempatan untuk kembali, saya tidak akan berpikir dua kali. Zhangjiajie adalah salah satu the best destination yang wajib dikunjungi oleh para pencinta alam dan petualang sejati.
















































