Sabtu, tanggal 19 Januari 2019, kami, para pengurus Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB) 2018, memulai perjalanan kemanusiaan dari Kota Malang menuju Kota Mataram Lombok dengan tujuan ingin memberikan bantuan sembako dan santunan bagi para korban gempa Lombok, serta melakukan proses trauma healing bagi masyarakat yang mengalami kejadian mengerikan tersebut.
Perjalanan dimulai dengan menggunakan dua mobil, mengarungi perjalanan sejauh 555 km melintasi jalur utara Jawa Timur lalu menyeberang dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi ke Pelabuhan Gilimanuk Bali...
...perjalanan tak berhenti sampai di situ, setelah kami menikmati makan sore di rumah makan halal dekat pelabuhan, dari ujung barat Bali sampai ujung timur Bali kami lewati langsung malam hari itu juga, hingga sampailah pertengahan malam kami menyeberang lagi dari Pelabuhan Padangbai Bali ke Pelabuhan Lembar Lombok.
Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, akhirnya ketika menjelang Shubuh pagi hari Ahad, tanggal 20 Januari 2019, kami tiba di Islamic Center NTB, kami istirahat dan bersih-bersih diri di sana.
Terlihat ada retakan besar di menara masjid akibat gempa yang terjadi.
Sebelum melakukan misi kemanusiaan keesokan harinya, di hari Ahad itu kami menyempatkan waktu untuk menyaksikan keindahan bawah laut di Kepulauan Gili: Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan...
...kami ber-snorkeling menyelam bersama penyu dan melihat betapa indahnya alam bawah laut di Kepulauan Gili ini.
Kami juga menjelajahi pulau Gili Trawangan, saksi perbaikan-perbaikan fasilitas penunjang pariwisata yang sedang berlangsung. Kami bersyukur, lima hingga enam bulan setelah gempa, destinasi favorit ini mulai ramai dikunjungi wisatawan lagi meskipun tidak sebanyak waktu-waktu sebelumnya.
Sore hari tiba dan kami segera bergegas ke Lombok Barat untuk menemui teman-teman dari Universitas Mataram. Di sini, kami diajak menikmati wisata kuliner di Pantai Ampenan sebelum akhirnya sampai di Posko Induk Bale Lombok Bangkit di Kota Mataram untuk agenda briefing dan istirahat malam.
Senin, 21 Januari 2019, hari yang ditunggu-tunggu tiba. Di pagi hari yang cerah kami sudah berada di kecamatan Bayan Lombok Utara. Mendengarkan cerita-cerita masyarakat terkait kejadian gempa, rasa empati semakin membara dalam hati kami, sementara di sisi lain, kami juga merasakan keceriaan anak-anak yang mampu menerangi harapan di tengah-tengah keterpurukan.
Perjalanan tak berhenti sampai situ, kami melanjutkan misi di sepanjang jalan pantai utara pulau Lombok hingga ke Lombok Timur, Desa Sade Lombok Tengah, dan berakhir sampai malam hari di pantai Kuta Mandalika. Dalam satu hari yang padat tersebut, kami berhasil mengelilingi pulau Lombok, menyusuri setiap sudut dan mengetahui lebih dalam tentang masyarakat dan kisah hidup mereka pasca gempa.
Dengan perasaan haru dan penuh empati, kami meninggalkan Lombok dan bersiap menuju Bali. Setiap momen berharga yang kami jalani bersama masyarakat Lombok menjadi tanda kebersamaan dan dukungan kami untuk proses pemulihan mereka.
Meskipun secara fisik kami telah berpisah, tetapi ikatan hati kami dengan masyarakat Lombok akan tetap terjaga dan selalu menyala di dalam doa-doa terbaik kami. Semoga Lombok terus kuat dan pulih sepenuhnya, serta kehangatan persaudaraan ini semoga selalu terpatri di hati kami.
Cerita bersambung di Blog selanjutnya: Menikmati Ragam Destinasi Wisata Alam di Bedugul dan Buleleng Bali