Eksplor Hong Kong: Kota Metropolitan dengan Pemandangan Alam yang Memukau



Cerita dalam Blog ini adalah lanjutan dari Blog sebelumnya: Ziarah ke Maqam Sahabat Nabi Hingga Mengunjungi Rumah Bruce Lee di Guangzhou

• • •

Kamis pagi, 29 Agustus 2024, setelah menikmati sarapan di hotel Guangzhou, kami bersiap melanjutkan perjalanan darat menuju Hong Kong. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 3 jam dengan bus, menyusuri jalanan yang nyaman sambil menikmati pemandangan kota-kota besar di perbatasan China selatan.

Setibanya di area perbatasan Shenzhen–Hong Kong, kami melalui proses imigrasi yang cukup tertib dan efisien. Begitu resmi memasuki wilayah Hong Kong, tujuan pertama kami adalah Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre, salah satu masjid besar di pusat kota Hong Kong.

Di dalam kompleks masjid ini juga terdapat Halal Canteen yang terkenal di kalangan wisatawan Muslim—tempat yang pas untuk menikmati makanan lezat sekaligus menjalankan ibadah dengan tenang di tengah hiruk pikuk kota.


Selesai makan siang, kami menuju ke Victoria Peak, sebuah kawasan yang terletak di dataran tinggi Pulau Hong Kong, menawarkan pemandangan spektakuler dari atas kota metropolitan Hong Kong, pelabuhan, hingga gugusan pulau di sekitarnya.


Di sini, kami menikmati udara sejuk sambil mengabadikan momen dengan latar belakang gedung pencakar langit yang menjulang dan laut yang membentang luas — benar-benar panorama ikonik yang wajib dilihat saat berkunjung ke Hong Kong.


Di dalam area shopping center Victoria Peak, terdapat beragam toko suvenir yang menjual oleh-oleh khas bertemakan Hong Kong — mulai dari gantungan kunci, magnet kulkas, hingga miniatur tram dan skyline kota.

Di sini pun, saya tak melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama salah satu aktor Indonesia yang juga menjadi peserta tour, sekaligus mitra British Propolis. Momen langka dan menyenangkan yang menambah warna dalam perjalanan kali ini.


Setelah menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam menikmati suasana dan pemandangan dari Victoria Peak, kami kembali turun gunung menggunakan bus dan melanjutkan perjalanan menuju Golden Bauhinia Square — salah satu landmark ikonik di Hong Kong yang sarat makna historis.

Sore itu, kami menikmati momen matahari terbenam di tepi pelabuhan Victoria Harbour, ditemani angin sepoi dan gemerlap lampu kota yang mulai menyala perlahan.

Hari keempat, Jumat, 30 Agustus 2025, pagi hari yang cerah menyambut kami di Ramada Hotel Hong Kong.

Kami memulai tour cukup siang dengan mengunjungi Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre untuk melaksanakan shalat dan brunch di Halal Canteen yang tersedia di dalamnya.

Setelah ISHOMA (istirahat, shalat, makan), kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki santai selama kurang lebih 20 menit menuju Wan Chai Road dan Times Square — dua kawasan yang menjadi jantung city center Hong Kong.

Di sana, kami menikmati suasana kota yang dinamis, bangunan pencakar langit yang megah, serta hiruk-pikuk aktivitas warga lokal dan turis.


Setelah puas menikmati suasana pusat kota di sekitar Times Square, kami melanjutkan perjalanan menuju Ladies Market, salah satu tempat belanja paling populer di Hong Kong. Di pasar yang ramai dan penuh warna ini, para peserta bebas memilih aneka oleh-oleh khas Hong Kong seperti gantungan kunci, tas, kaos, kipas, serta berbagai pernak-pernik unik dengan harga yang bisa ditawar. Suasananya semarak dan menggoda, cocok bagi pencinta belanja maupun pemburu suvenir.

Usai berbelanja, kami melanjutkan ke Kowloon Mosque, masjid terbesar di Hong Kong yang terletak strategis di kawasan Tsim Sha Tsui. Di sini, kami melaksanakan salat Ashar dan menikmati waktu bersantai sejenak di taman sekitar masjid. Dengan hembusan angin sore dan suasana yang tenang, momen ini menjadi waktu yang pas untuk beristirahat dan merefleksikan perjalanan hari itu.


Kemudian, kami berburu sunset di Avenue of Stars, sebuah destinasi ikonik yang membentang di sepanjang tepi Victoria Harbour, menghadirkan pemandangan spektakuler skyline Hong Kong saat matahari mulai terbenam. Angin laut yang sejuk dan suasana romantis menjadikan tempat ini salah satu favorit wisatawan untuk bersantai dan berfoto.

Di sini, saya juga tak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi landmark telapak tangan Jackie Chan, salah satu aktor legendaris Hong Kong yang mendunia. Rasanya menyenangkan bisa berdiri di depan jejak tangan sang bintang, mengingat kembali film-film action yang mewarnai masa kecil dan remaja saya.


Tidak jauh dari Avenue of Stars, kami berjalan kaki menuju Clock Tower, salah satu landmark bersejarah yang tersisa dari bekas Stasiun Kowloon pada era kolonial Inggris. Menara jam setinggi 44 meter ini menjadi simbol penting masa lalu Hong Kong yang berpadu apik dengan kemegahan modern di sekitarnya.

Tak lama setelah itu, kami bersiap menyaksikan Symphony of Lights, pertunjukan cahaya dan suara yang digelar setiap malam di sepanjang Victoria Harbour. Gedung-gedung pencakar langit di Pulau Hong Kong berubah menjadi layar raksasa yang memancarkan cahaya warna-warni, seolah menyatu dengan alunan musik megah yang menggema.

Momen ini benar-benar jadi penutup yang spektakuler untuk hari kami di Hong Kong — menggabungkan keindahan arsitektur, teknologi, dan suasana malam yang menawan. Setelah di bus pun, terlihat wajah-wajah senang dari seluruh peserta tour.

Hari kelima, Sabtu, 31 Agustus 2024, sebelum menuju Bandara Internasional Hong Kong, kami sempat singgah ke area depan Disneyland Hong Kong. Tanpa masuk ke dalam, kami hanya berfoto di gerbang sebagai kenang-kenangan, sambil tetap memegang prinsip untuk tidak membeli tiket karena afiliasi Disneyland dengan Isr**l.

Momen singkat ini menjadi penutup ringan namun bermakna dari perjalanan lima hari kami di Guangzhou dan Hong Kong.

Di dalam airport, tepatnya di dekat Gate 40, kami menikmati santap siang nasi lemak dari Old Town White Coffee. Sambil menyantap hidangan, kami dimanjakan dengan pemandangan deretan pesawat yang terparkir dekat runway—momen yang menenangkan dan menyenangkan sebelum kembali ke tanah air.



Pukul 15.45, pesawat kami mulai pushback dan bersiap lepas landas menuju Jakarta dalam penerbangan berdurasi sekitar 4 jam 55 menit.


Di atas pesawat, perut mulai keroncongan lagi, untungnya Moslem Meals yang disediakan cukup enak—menjadi teman sempurna sambil saya menikmati film Detective Conan.


Begitulah akhir perjalanan penuh cerita ini, meninggalkan jejak kenangan manis di Guangzhou dan Hong Kong selama 5 hari, dan tentu saja... saya siap dan semangat untuk petualangan berikutnya.