Studi Ekskursi (Part Lombok): Menilik Makna dan Dinamika Industri Pariwisata



Pada hari Senin, 16 April 2018, kami, Himpunan Mahasiswa Pariwisata (HIMAPAR), dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang membara, melangkah keluar dari Malang menuju Mataram. Takdir perjalanan yang kami ciptakan telah dimulai, dan sepanjang perjalanan itu, kami tahu bahwa petualangan studi ekskursi ini akan memperdalam wawasan kami.


Di hari Selasa, 17 April 2018, kami diberi kesempatan langka untuk menyambut sunrise di laut Selat Lombok. Semilir angin pagi dan ombak yang perlahan membelai pantai membawa rasa kesejukan di hati kami.



Menginjakkan kaki di Pulau Lombok, kami melangkah dengan penuh semangat menuju Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram. Di sana, senyum hangat dari teman-teman mahasiswa STP Mataram menyambut kedatangan kami, membuat awal kunjungan ini terasa begitu menyenangkan.


Di atas podium, lantunan suara dosen kami bergema dengan gemilang, membuka gerbang ilmu dengan sapaan hangat yang mengantarkan kami pada diskusi-diskusi menarik tentang kepariwisataan.


Setelah forum usai, kami diajak menikmati hidangan khas Lombok yang begitu memanjakan lidah. Keramahan dosen dan rekan mahasiswa di sini sungguh luar biasa. 





Dan ketika hendak meninggalkan STP Mataram, kami mengabadikan momen lagi dengan berfoto bersama di luar ruangan, mengukir kenangan tak terlupakan.


Kami meneruskan perjalanan ke Desa Sade, sebuah permata budaya yang mengangkat pesona tradisional pulau tersebut. Tarian khasnya, "Peresean," muncul sebagai suatu fenomena budaya yang mengesankan. Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras.


Dalam tarian ini, kekuatan dan ketangguhan suku Sasak tercermin melalui gerakan dinamis dan penuh semangat, menjadi simbol juang masyarakat Desa Sade yang tak tergoyahkan. Tentu saja, saya dan teman pun mencoba Peresean ini, kami terlibat dalam kesenian pertarungan yang tak hanya memacu adrenalin, tetapi juga mengandung nilai budaya yang mendalam.


Lalu, siang hari menjelang sore, kami melangkah menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, suatu wilayah yang melambangkan potensi pariwisata yang luar biasa. KEK Mandalika adalah sebuah proyek pengembangan pariwisata yang terletak di pesisir selatan Pulau Lombok. Dengan luas sekitar 1175 hektar, KEK ini telah ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk mendukung pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia.


Meskipun musim kemarau menyelimuti, bukit-bukit indahnya tetap menjulang gagah, memberikan lanskap yang memesona.



Dengan pesonanya yang memukau, Pantai Kuta Mandalika memanjakan kami dengan keindahan yang tak tertandingi. Dan dalam hembusan angin, kami merasakan sensasi keajaiban alam yang memenuhi jiwa kami.



Malam datang dengan kesejukannya, namun semangat petualangan kami tak terpadamkan saat kami memutuskan untuk merasakan nikmatnya kuliner di Restoran Sate Rembiga Goyang Lidah di Mataram.

Di sini, hidangan khas Lombok menanti untuk memanjakan lidah kami, dengan aroma menggugah yang menjadikan sate rembiga, plecing, dan ragam sajian lainnya, seperti lukisan rasa yang tergambar dalam setiap suapan.

Keesokan harinya, pada Rabu, 18 April 2018, kami mengadakan diskusi yang penuh wawasan tentang pentingnya peran media dalam mengangkat dunia pariwisata, dan Lombok Post menjadi platform yang membuka cakrawala baru bagi kami.



Dalam era digital saat ini, media memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk persepsi dan minat wisatawan terhadap suatu destinasi. Melalui publikasi dan pemberitaan, media pariwisata dapat memberikan informasi yang aktual dan menarik tentang atraksi, kegiatan, serta budaya suatu daerah, sehingga mampu menginspirasi dan mengajak wisatawan untuk menjelajahi destinasi-destinasi yang menarik di seluruh penjuru Indonesia.



Sebagai penjelajah yang haus akan pengalaman baru, kami tak hanya memusatkan perhatian pada diskusi dan pembelajaran. Kami juga mampir ke pusat oleh-oleh lokal, mendalami kisah setiap kerajinan tangan yang mengandung esensi jiwa pulau.





Di siang sampai sore harinya, kami menghabiskan waktu di Gili Trawangan, destinasi spesial yang wajib dikunjungi (must-visit destination) jika berwisata ke Lombok. Hingga menjelang matahari terbenam dan kami puas bermain di Gili Trawangan, kami kembali lagi ke kota Mataram untuk melanjutkan petualangan.




Malam terakhir di Lombok, sebelum kami menyeberang ke Bali, kami putuskan untuk mengisi malam dengan merasakan kelezatan kuliner di Restoran Lesehan Taliwang Irama 3. Setiap suapannya menuntun kami pada keinginan untuk kembali merasakan pesona makanan Lombok yang penuh kenikmatan.

Pada hari Rabu malam Kamis tersebut, selesai sudah petualang Studi Ekskursi kami di Lombok. Kami menyeberang dari Pelabuhan Lembar, Lombok, yang memakan waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai di Pelabuhan Padangbai, Bali.

Dalam perjalanan laut yang memukau ini, kami mengisi waktu dengan berbincang-bincang, berbagi cerita, dan tertawa bersama, menciptakan momen keakraban yang tak terlupakan.


• • •

Cerita bersambung ke Blog selanjutnya: Studi Ekskursi (Part Bali)